kisah ini tentang jam dinding yang tertempel di kamar kos.
diawal kehadiranya ia begitu mempesona, karena bisa selalu mengingatka ku tentang momentum waktu.
ya waktu yang tak sedetik pun berhenti
Jam dinding ungu itu, setia memutar jarum pada tiap detik waktu yang berlalu..
oh... ternyata
ia adalah sahabat terbaik ku tentang pelajaran waktu,
tentang berapa lama saya menghabiskan setiap jenis aktivitas di setiap harinya
akan tetapi
semakin aku mengenalnya, semakin aku muak dibuatnya
kenapa engkau tidak bisa berhenti sejenak wahai waktu?
aku ingin memperbaiki kesalahan yang kemarin,
aku ingin membuat rencana untuk besok
dan aku ingin, ketika hari ini berlalu, aku bisa tersenyum karena aku berhasil melaluinya dengan sempurna
oh.. kapan engkau berhenti berdetak jam dinding?
tak bisa kah kau berkompromi denganku disaat-saat tertentu?
disaat sedih misalnya,
kenapa tak kau skip saja watu yang ada
biar aku tak bersedih karenanya
lalu,
ketika aku bahagia, kenapa tak kau buat lama saja waktunya
sebagai konsekuensi atas percepatan yang terjadi dikala waktu sedih
kenapa kau tak bisa wahai jam dinding?
kenapa?
sepekan ini aku muak dibuat olehmu
sampai-sampai kau harus aku sembunyiin dibawah kasur,
aku jenuh memandangmu yang terus saja berputar
menandakan setiap detik telah berlalu
dan masih banyak kesalahan yang aku buat ditiap paginya
Tuhan, maafkan aku
dosa manakah yang membuat waktu begitu menyiksaku?
hingga suatu pagi kutemui sepetiga malam MU telah berlalu,
apa saja yang aku buat kemarin, hingga sang waktu begitu membenciku?
ia mengabaikanku begitu saja
ia membiarkan ku terlelap dalam nikmatnya belaian bantal terkutuk
Tuhan, bisakah ku pinjam waktu MU barang sejenak?
biar aku tak larut dalam kubangan waktu dunia yang menjemukan ini
aku ingin lepas dari jeratan waktu yang bgitu mencekik
tapi aku belum mau kembali pada-MU
aku takut Tuhan
andaikan boleh berandai andai
andaikan mati itu bisa kembali ke dunia lagi?
mungkin akan ku tengok sejenak
tapi kenapa?
kenapa maut itu tak mengembalikan yang sudah mati untuk hidup kembali Tuhan?
depok, suatu pagi 2013
diawal kehadiranya ia begitu mempesona, karena bisa selalu mengingatka ku tentang momentum waktu.
ya waktu yang tak sedetik pun berhenti
Jam dinding ungu itu, setia memutar jarum pada tiap detik waktu yang berlalu..
oh... ternyata
ia adalah sahabat terbaik ku tentang pelajaran waktu,
tentang berapa lama saya menghabiskan setiap jenis aktivitas di setiap harinya
akan tetapi
semakin aku mengenalnya, semakin aku muak dibuatnya
kenapa engkau tidak bisa berhenti sejenak wahai waktu?
aku ingin memperbaiki kesalahan yang kemarin,
aku ingin membuat rencana untuk besok
dan aku ingin, ketika hari ini berlalu, aku bisa tersenyum karena aku berhasil melaluinya dengan sempurna
oh.. kapan engkau berhenti berdetak jam dinding?
tak bisa kah kau berkompromi denganku disaat-saat tertentu?
disaat sedih misalnya,
kenapa tak kau skip saja watu yang ada
biar aku tak bersedih karenanya
lalu,
ketika aku bahagia, kenapa tak kau buat lama saja waktunya
sebagai konsekuensi atas percepatan yang terjadi dikala waktu sedih
kenapa kau tak bisa wahai jam dinding?
kenapa?
sepekan ini aku muak dibuat olehmu
sampai-sampai kau harus aku sembunyiin dibawah kasur,
aku jenuh memandangmu yang terus saja berputar
menandakan setiap detik telah berlalu
dan masih banyak kesalahan yang aku buat ditiap paginya
Tuhan, maafkan aku
dosa manakah yang membuat waktu begitu menyiksaku?
hingga suatu pagi kutemui sepetiga malam MU telah berlalu,
apa saja yang aku buat kemarin, hingga sang waktu begitu membenciku?
ia mengabaikanku begitu saja
ia membiarkan ku terlelap dalam nikmatnya belaian bantal terkutuk
Tuhan, bisakah ku pinjam waktu MU barang sejenak?
biar aku tak larut dalam kubangan waktu dunia yang menjemukan ini
aku ingin lepas dari jeratan waktu yang bgitu mencekik
tapi aku belum mau kembali pada-MU
aku takut Tuhan
andaikan boleh berandai andai
andaikan mati itu bisa kembali ke dunia lagi?
mungkin akan ku tengok sejenak
tapi kenapa?
kenapa maut itu tak mengembalikan yang sudah mati untuk hidup kembali Tuhan?
depok, suatu pagi 2013
0 komentar:
Posting Komentar